Perang tarif tampaknya merupakan usaha operator untuk menarik pelanggan sebanyak-banyaknya dengan iming-iming berbagai keuntungan tarif murah, terutama untuk komunikasi antar pelanggan operator tersebut. Hal ini bertujuan agar pelanggan tidak lari ke operator lain. Logika sederhana, sebuah operator pasti akan banyak mengambil keuntungan dari sambungan pembicaraan ke pelanggan dari operator lain.
Ada banyak contoh tarif perangsang diajukan operator seluler, misalnya, GSM1 bertarif Rp 25/menit, GSM2 memberikan tarif Rp 1/detik ke semua operator, GSM3 Rp 10 untuk 10 menit pertama, selanjutnya gratis. Lainnya, GSM4 memberikan gratis antar sesama pelanggan operator yang sama, GSM5 menelepon sepuasnya, CDMA1 memberikan tarif Rp 0,5/detik ke sesama pelanggan, dan CDMA2 memberikan tarif Rp 1 setiap menelepon malam hari.
Pada dasarnya, semua iming-iming dilakukan untuk menarik pelanggan agar tetap lekat ke operator tertentu saja. Melihat pertarungan tarif yang sangat sederhana tersebut, sebagai pelanggan kita dapat mengambil manfaat maksimal dengan cara membuat perantara/gateway untuk panggilan antar operator.
Sentral
Salah satu tehnik yang dapat kita kembangkan untuk memanfaatkan persaingan para operator agar kita dapat mengambil keuntungan maksimal tanpa perlu berlangganan ke semua operator. Peralatan yang dibutuhkan adalah Fixed Wireless Terminal (FWT), disebut juga sebagai GSM gateway atau CDMA gateway, yang semua terhubung ke sebuah softswitch atau sentral telepon kecil yang menjadi kunci proses pemilihan routing secara otomatis.
Bayangkan sebuah skenario, sebuah gedung apartemen, hotel, kompleks perkantoran, kompleks pertokoan yang menggelar semua infrastruktur telekomunikasi berbasis internet. Kita dapat dengan mudah memasang FWT dengan beberapa SIM card dari beberapa operator.
Konsekuensinya, jika penghuni ingin menelepon ke salah satu operator seluler tertentu kita dapat langsung menghubungkan ke operator yang dimaksud dan dapat memperoleh keuntungan maksimal karena pulsa yang demikian murah untuk berhubungan langsung tanpa perlu melalui operator perantara seperti Telkom, misalnya.
Untuk dapat memudahkan penghuni, kita membutuhkan softwitch (sentral telepon) yang cukup pandai mendeteksi nomor telepon operator yang dapat mengarahkan ke port FWT yang benar. Selain itu, softswitch harus dilengkapi dengan fasilitas billing supaya pengelola apartemen atau kompleks perkantoran dapat dengan mudah mengajukan tagihan ke penghuni.
Lebih baik lagi, jika fasilitas billing tersebut menyediakan voucher agar penghuni mempunyai alternatif untuk membeli pulsa ke pengelola apartemen, hotel, atau kompleks perkantoran untuk menggunakan fasilitas telekomunikasinya, jadi sangat bermanfaat bagi tamu yang tidak tetap.
Menggunakan Internet
Skenario lain adalah jika ada salah satu pelanggan GSM1 ingin menelepon ke pelanggan di operator GSM2 lain. Menggunakan kemampuan softswitch dan FWT yang diinstalisasi, sebetulnya sangat memungkinkan sekali jika pelanggan GSM1 menelepon ke gateway FWT yang tersambung ke GSM1 dan kemudian menelepon ke rekannya di GSM2 melalui FWT yang sama. Memang dua kali menelepon, tapi kita tidak perlu membayar pulsa yang mahal menelepon antar operator seluler.
Pertanyaannya, apakah ini mimpi? Atau sesuatu yang sangat mungkin dilakukan? Jawaban singkatnya, semua sangat mudah dan mungkin dilakukan, bahkan menggunakan yang dibuat sendiri oleh anak bangsa.
Sekarang sangat mudah untuk memperoleh FWT yang dapat disambungka ke beberapa SIM card sekaligus. Salah satu yang cukup besar bisa dipasang sampai delapan SIM card sekaligus, tidak harus dari satu operator, tapi bisa dari delapan operator berbeda. Perangkat seperti NetPhonic adalah salah satu produsen Indonesia yang memproduksi peralatan demikian (dapat dilihat di situs VoIPRakyat http://www.voiprakyat.or.id).
Tanpa Perantara
Sebaiknya, infrastruktur telekomunikasi di apartemen, hotel, kompleks perkantoran, kompleks pertokoan menggunakan infrastruktur berbasis Internet Protokol (IP). Penggunaan infrastruktur internet memudahkan kita semua di kemudian hari.
Kunci dari semua kemampuan ini adalah Softswitch Open Source Briker yang dibuat oleh dua anak bangsa berbakat, Anton Raharja dan Asoka. Softswitch Open Source Briker dapat diambil secara gratis dari situs www.briker.org, berbentuk .iso dapat langsung di burn ke CD.
Jika CD Briker di masukkan ke komputer, hard disk akan di format dan semua sistem operasi maupun softswitch langsung terinstalisasi di komputer. Seluruh konfigurasi menggunakan web jadi sangat memudahkan sekali.
Beberapa hal yang menarik dari Briker adalah kemampuan untuk melakukan Least Cost Routing (LCR), dimana softswitch bisa memilih jalur operator mana yang paling murah. Dalam kalimat sederhana, dengan analisa LCR, Briker akan menyalurkan pembicaraan langsung ke operator seluler melalui perangkat FWT tanpa perlu melalui perantara Telkom lagi.
Briker mempunyai billing system sehingga sangat memudahkan bagi penyelenggara di hotel, kompleks perkantoran, dan apartemen. Briker juga mempunyai fasilitas untuk membuat voucher. Jadi, orang bisa membeli pulsa, sangat bermanfaat bagi mereka yang mengoperasikan hotel dengan banyak tamu yang datang dan pergi.
Bermodal FWT dan Softswitch Open Source Briker akan menjadi solusi yang sangat menarik bagi bangsa Indonesia agar dapat memaksimalkan pemanfaatan pulsa telepon yang sudah rendah sekarang ini. Tentunya dengan Briker kita dapat dengan mudah menelepon secara gratis di Internet menggunakan VoIP.
Sumber : Kompas, Senin 25 Agustus 2008
Ditulis Oleh : Onno W. Purbo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar